Kamis, 15 Desember 2011

materi kebutuhan aktifitas fisik


PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS
Sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pemenuhan aktifitas perawat terlebih dahulu harus mempelajari konsep – konsep tentang mobilisasi. Di bawah ini akan di bahas beberapa uraian penting antara lain :
1.      Pengertian mobilisasi
2.      Menjelaskan tujuan mobilisasi
3.      Faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi
4.      Macam persendian diartrosis dan pergerakannya.
5.      Tanda – tanda terjadinya intolerasi aktifitas
6.      Masalah fisik akibat kurangnya mobilitas (Immobilisasi)
7.      Menjelaskan upaya pencegahan masalahyang timbul akibat kurangnya mobilisasi.
8.      Macam – macam posisi klien di tempat tidur

A. Pengertian mobilisasi

Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan bebas (kosier,
1989).
A.    Tujuan dari mobilisasi antara lain :
1.      Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2.      Mencegah terjadinya trauma
3.      Mempertahankan tingkat kesehatan
4.      Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari
5.      Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.

C. Faktor – faktor yang mempengaruhi obilisasi


1. Gaya hidup

Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.

2. Proses penyakit dan injuri

Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.
4. Tingkat energy
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.

5. Usia dan status perkembangan

Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.

D. Tipe persendian dan pergerakan sendi

Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi yang dapat digeragan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakan (siartrosis).
E. Toleransi aktifitas

Penilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien dengan gangguan kardiovaskuler seperti Angina pektoris, Infark, Miocard atau pada klien dengan immobiliasi yang lama akibat kelumpuhan.Hal tersebut biasanya dikaji pada waktu sebelum melakukan mobilisai, saat mobilisasi dan setelah mobilisasi.

Tanda – tanda yang dapat di kaji pada intoleransi aktifitas antara lain (Gordon, 1976).


a) Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur

b) Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi orthostatic.

c) Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal.

d) Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan.

e) Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan ketidak stabilan
posisi tubuh.

f) Status emosi labil.







F. Masalah fisik
Masalah fisik yang dapt terjadi akibat immobilitasi dapat dikaji / di amati pada berbagai sistim antara lain :
a) Masalah musculoskeletal
Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur, penurunan mineral, tulang dan kerusakan kulit.
b) Masalah urinary
Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran kemih dan inkontinentia urine.
c) Masalah gastrointestinal
Terjadinya anoreksia / penurunan nafsu makan diarrhoe dan konstipasi.
d) Masalah respirai
Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas, ketidak seimbangan asam basa (CO2 O2).
e) Masalah kardiofaskuler
Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus.
G. Upaya mencegahkan terjadinya masalah akibat kurangnya mobilisasi antara lain :
1. Perbaikan status gisi
2. Memperbaiki kemampuan monilisasi
3. Melaksanakan latihan pasif dan aktif
4. Mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan bady aligmen (Struktur tubuh).
5. Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk menghindari terjadinya dekubitus / pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh.
H. Macam – macam posisi klien di tempat tidur
1. Posisi fowler (setengah duduk)
2. Posisi litotomi
3. Posisi dorsal recumbent
4. Posisi supinasi (terlentang)
5. Posisi pronasi (tengkurap)
6. Posisi lateral (miring)
7. Posisi sim
8. Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)

MOBILISASI DENGAN MEMBERIKAN POSISI MIRING
Tujuan :
1. Mempertahankan bady aligment
2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
3. Mengurangi Meningkatkan rasa nyaman
4. kemungkinan terjadinya cedera pada perawat maupun klien
5. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap
Indikasi :
1. Penderita yang mengalami kelumpuhan baik hemiplegi maupun para plegi
2. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi
3. Penderita yang mengalami pengobatan (immobilisasi)
4. Penderita yang mengalami penurunan kesadaran
Persiapan :
1. Berikan penjelasan kepada klien maksud dan tujuan di lakukan tindakan mpobilisasi ke posisi lateral.
2. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan untuk membatasi penyebaran kuman ? micro organisme.
3. Pindahkan segala rintangan sehingga perawat leluasa bergerak.
4. Siapkan peralatan yang di perlukan.
5. Yakinkan bahwa klien cukup hangat dan privasy terlindungi.
Saran – saran atau hal – hal yang harus di perhatikan :
1. Perawat harus mengetahui teknik mobilisasi yang benar
2. Bila klien terlalu berat pastikan mencari pertolongan
3. Tanyakan kepada dokter tentang indikasi dan kebiasaan dilakukannya mobilisasi
Persiapan alat :
1. Satu bantal penopang lengan
2. Satu bantal penopang tungkai
3. Bantal penopang tubuh bagian belakang
Cara kerja :

1. Angkat / singkirkan rail pembatas tempat tidur pada sisi di mana perawat akan melakukan
Mobilisasi

2. Pastikan posisi pasien pada bagian tengah tempat tidur, posisi supinasi lebih mudah bila di
lakukan mobilisasi lateral

3. Perawat mengambil posisi sebagai berikut :

a) Perawat mengambil posisi sedekat mungkin menghadap klien di samping tempat tidur lurus pada bagian abdomen klien sesuai arah posisi lateral (misalnya; mau memiringkan kekana, maka perawat ada di samping kanan klien

b) Kepala tegak dagu di tarik ke belakang untuk mempertahankan punggung pada posisi tegak.

c) Posisi pinggang tegak untuk melindungi sendi dan ligamen.

d) Lebarkan jarak kedua kaki untuk menjaga kestabilan saat menarik tubuh klien

e) Lutut dan pinggul tertekuk / fleksi

4. Kemudian letakan tangan kanan lurus di samping tubuh klien untuk mencegah klien terguling saat di tarik ke posisi lateral (sebagai penyangga).

5. Kemudian letakan tangan kiri klien menyilang pada dadanya dan tungkai kiri menyilang diatas tungkai kanan dengan tujuan agar memberikan kekuatan sat di dorong.

6. Kemudian kencangkan otot gluteus dan abdomen serta kaki fleksi bersiap untuk melakukan tarikan terhadap tubuh klien yakinkan menggunakan otot terpanjang dan terkuat pada tungkai dengan tujuan mencegah trauma dan menjaga kestabilan.

7. Letakan tangan kanan perawat pada pangkal paha klien dan tangan kiri di letakan pada bahu klien.

8. Kemudian tarik tubuh klien ke arah perawat dengan cara :

a) Kuatkan otot tulang belakang dan geser berat badan perawat ke bagian pantat dan kaki.
b) Tambahkan fleksi kaki dan pelfis perawat lebih di rendahkan lagi untuk menjaga keseimbangan dan ke takstabil

c) Yakinkan posisi klien tetap nyaman dan tetap dapat bernafas lega

9. Kemudian atur posisi klien dengan memberikan ganjaran bantal pada bagian yang penting sebagai berikut :

a) Tubuh klien berada di sampingdan kedua lengan berada di bagian depan tubuh dengan posisi fleksi, berat badan klien tertumpu pada bagian skakula dan illeum. Berikan bantal pada bagian kepala agar tidak terjadi abduksi dan adduksi ada sendi leher.

b) Kemudian berikan bantal sebagai ganjalan antara kedua lengan dan dada untuk mencegah keletihan otot dada dan terjadinya lateral fleksi serta untuk mencegah / membatasi fungsi internal rotasi dan abduksi pada bahu dan lengan atas.

10. Berikan ganjalan bantal pada bagian belakang tubuh klien bila di perlukan untuk memberikan posisi yang tepat

11. Rapikan pakayan dan linen klien serta bereskan alat yang tidak di gunakan.

12. Dokumentasikan tindakan yang telah di kerjakan.


 
PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS
Sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pemenuhan aktifitas perawat terlebih dahulu harus mempelajari konsep – konsep tentang mobilisasi. Di bawah ini akan di bahas beberapa uraian penting antara lain :
A.    Pengertian mobilisasi
B.     Menjelaskan tujuan mobilisasi
C.     Faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi
D.    Macam persendian diartrosis dan pergerakannya.
E.     Tanda – tanda terjadinya intolerasi aktifitas
F.      Masalah fisik akibat kurangnya mobilitas (Immobilisasi)
G.    Menjelaskan upaya pencegahan masalahyang timbul akibat kurangnya mobilisasi.
H.    Macam – macam posisi klien di tempat tidur
Pengertian mobilisasi
A.    Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan bebas (kosier, 1989).
B.     Tujuan dari mobilisasi antara lain :
C.     Memenuhi kebutuhan dasar manusia
D.    Mencegah terjadinya trauma
E.     Mempertahankan tingkat kesehatan
F.      Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari
G.    Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.
H.     
C. Faktor – faktor yang mempengaruhi obilisasi

1. Gaya hidup
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.

2. Proses penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.

3. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.

4. Tingkat energi
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.

5. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
D. Tipe persendian dan pergerakan sendi
Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi yang dapat digeragan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakan (siartrosis).
E. Toleransi aktifitas
Penilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien dengan gangguan kardiovaskuler seperti Angina pektoris, Infark, Miocard atau pada klien dengan immobiliasi yang lama akibat kelumpuhan.Hal tersebut biasanya dikaji pada waktu sebelum melakukan mobilisai, saat mobilisasi dan setelah mobilisasi.

Tanda – tanda yang dapat di kaji pada intoleransi aktifitas antara lain (Gordon, 1976).
a) Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
b) Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi orthostatic.
c) Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal.
d) Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan.
e) Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan ketidak stabilan posisi tubuh.
f) Status emosi labil.
F. Masalah fisik

Masalah fisik yang dapt terjadi akibat immobilitasi dapat dikaji / di amati pada berbagai sistim antara lain :

a) Masalah musculoskeletal

Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur, penurunan mineral, tulang dan kerusakan kulit.

b) Masalah urinary

Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran kemih dan inkontinentia urine.
c) Masalah gastrointestinal

Terjadinya anoreksia / penurunan nafsu makan diarrhoe dan konstipasi.
d) Masalah respirai

Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas, ketidak seimbangan asam basa (CO2 O2).
e) Masalah kardiofaskuler
Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus.
G. Upaya mencegahkan terjadinya masalah akibat kurangnya mobilisasi antara lain :
1. Perbaikan status gisi
2. Memperbaiki kemampuan monilisasi
3. Melaksanakan latihan pasif dan aktif
4. Mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan bady aligmen (Struktur tubuh).
5. Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk menghindari terjadinya dekubitus / pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh.
H. Macam – macam posisi klien di tempat tidur
1. Posisi fowler (setengah duduk)
2. Posisi litotomi
3. Posisi dorsal recumbent
4. Posisi supinasi (terlentang)
5. Posisi pronasi (tengkurap)
6. Posisi lateral (miring)
7. Posisi sim
8. Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)
MOBILISASI DENGAN MEMBERIKAN POSISI MIRING
Tujuan :
1. Mempertahankan bady aligment
2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
3. Mengurangi Meningkatkan rasa nyaman
4. kemungkinan terjadinya cedera pada perawat maupun klien
5. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap
Indikasi :
1. Penderita yang mengalami kelumpuhan baik hemiplegi maupun para plegi
2. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi
3. Penderita yang mengalami pengobatan (immobilisasi)
4. Penderita yang mengalami penurunan kesadaran
Persiapan :
1. Berikan penjelasan kepada klien maksud dan tujuan di lakukan tindakan mpobilisasi ke posisi lateral.
2. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan untuk membatasi penyebaran kuman ? micro organisme.
3. Pindahkan segala rintangan sehingga perawat leluasa bergerak.
4. Siapkan peralatan yang di perlukan.
5. Yakinkan bahwa klien cukup hangat dan privasy terlindungi.
Saran – saran atau hal – hal yang harus di perhatikan :
1. Perawat harus mengetahui teknik mobilisasi yang benar
2. Bila klien terlalu berat pastikan mencari pertolongan
3. Tanyakan kepada dokter tentang indikasi dan kebiasaan dilakukannya mobilisasi
Persiapan alat :
1. Satu bantal penopang lengan
2. Satu bantal penopang tungkai
3. Bantal penopang tubuh bagian belakang
Cara kerja :
1. Angkat / singkirkan rail pembatas tempat tidur pada sisi di mana perawat akan melakukan mobilisasi
2. Pastikan posisi pasien pada bagian tengah tempat tidur, posisi supinasi lebih mudah bila di lakukan mobilisasi lateral
3. Perawat mengambil posisi sebagai berikut :
a) Perawat mengambil posisi sedekat mungkin menghadap klien di samping tempat tidur lurus pada bagian abdomen klien sesuai arah posisi lateral (misalnya; mau memiringkan kekana, maka perawat ada di samping kanan klien
b) Kepala tegak dagu di tarik ke belakang untuk mempertahankan punggung pada posisi tegak.
c) Posisi pinggang tegak untuk melindungi sendi dan ligamen.
d) Lebarkan jarak kedua kaki untuk menjaga kestabilan saat menarik tubuh klien
e) Lutut dan pinggul tertekuk / fleksi
4. Kemudian letakan tangan kanan lurus di samping tubuh klien untuk mencegah klien terguling saat di tarik ke posisi lateral (sebagai penyangga).
5. Kemudian letakan tangan kiri klien menyilang pada dadanya dan tungkai kiri menyilang diatas tungkai kanan dengan tujuan agar memberikan kekuatan sat di dorong.
6. Kemudian kencangkan otot gluteus dan abdomen serta kaki fleksi bersiap untuk melakukan tarikan terhadap tubuh klien yakinkan menggunakan otot terpanjang dan terkuat pada tungkai dengan tujuan mencegah trauma dan menjaga kestabilan.
7. Letakan tangan kanan perawat pada pangkal paha klien dan tangan kiri di letakan pada bahu klien.
8. Kemudian tarik tubuh klien ke arah perawat dengan cara :
a) Kuatkan otot tulang belakang dan geser berat badan perawat ke bagian pantat dan kaki.
b) Tambahkan fleksi kaki dan pelfis perawat lebih di rendahkan lagi untuk menjaga keseimbangan dan ke takstabil
c) Yakinkan posisi klien tetap nyaman dan tetap dapat bernafas lega
9. Kemudian atur posisi klien dengan memberikan ganjaran bantal pada bagian yang penting sebagai berikut :
a) Tubuh klien berada di sampingdan kedua lengan berada di bagian depan tubuh dengan posisi fleksi, berat badan klien tertumpu pada bagian skakula dan illeum. Berikan bantal pada bagian kepala agar tidak terjadi abduksi dan adduksi ada sendi leher.
b) Kemudian berikan bantal sebagai ganjalan antara kedua lengan dan dada untuk mencegah keletihan otot dada dan terjadinya lateral fleksi serta untuk mencegah / membatasi fungsi internal rotasi dan abduksi pada bahu dan lengan atas.
10. Berikan ganjalan bantal pada bagian belakang tubuh klien bila di perlukan untuk memberikan posisi yang tepat
11. Rapikan pakayan dan linen klien serta bereskan alat yang tidak di gunakan.
12. Dokumentasikan tindakan yang telah di kerjakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ketheleen Haerth Belland RN. BSN, Mary and Wells RN Msed, 1986, Chlinical Nursing Prosedurs, California Jones and Bardlett Publishers Inc.
2. Diana Hestings. RGN RCNT. 1986, The Machmillan Guide to home Nursing London, Machmillan London LTD. Ahli bahasa : Prilian Pranajaya, 1980 editor lilian juwono Jakarta, Arcan.
3. Barbara Koezeir, Glenora Erb, 1983, Fundamental of Nursing, california Addison – Wesly publishing Division.
4. Barbara Koezeir, Glenora Erb, Oliveri, 1988, Fundamental of Nursing, Philadelpia Addison Wesly publishing Division.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ketheleen Haerth Belland RN. BSN, Mary and Wells RN Msed, 1986, Chlinical Nursing Prosedurs, California Jones and Bardlett Publishers Inc.
2. Diana Hestings. RGN RCNT. 1986, The Machmillan Guide to home Nursing London, Machmillan London LTD. Ahli bahasa : Prilian Pranajaya, 1980 editor lilian juwono Jakarta, Arcan.
3. Barbara Koezeir, Glenora Erb, 1983, Fundamental of Nursing, california Addison – Wesly publishing Division.
4. Barbara Koezeir, Glenora Erb, Oliveri, 1988, Fundamental of Nursing, Philadelpia Addison Wesly publishing Division.

PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS

A. Pengertian
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan J. Garrison, 2004).
Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan mobilisasi secara aktif. Mobilisasim secara pasif yaitu: mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain (Priharjo, 1997).
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi
B. Tujuan Mobilisasi
Beberapa tujuan dari mobilisasi menurut Susan J. Garrison (2004), antara lain :
1. Mempertahankan fungsi tubuh
2. Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka
3. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
4. Mempertahankan tonus otot
5. Memperlancar eliminasi Alvi dan Urin
6. Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
7. Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau berkomunikasi
C. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi menurut Barbara Kozier (1995), antara lain :
1. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat.
2. Proses Penyakit dan injury
Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya, misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulutan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi, karena adanya rasa sakit/nyeri yang menjadi alasan mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit tertentu.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; pasien setelah operasi dilarang bergerak karena kepercayaan kalau banyak bergerak nanti luka atau jahitan tidak jadi.
4. Tingkat energi
Seseorang melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi atau tenaga. Orang yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan orang dalam keadaan sehat.
5. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang remaja.
D. Macam Mobilisasi
Macam-macam mobilisasi antara lain :
1. Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh ini menunjukkan syaraf motorik dan sensorik mampu mengontrol seluruh area tubuh. Mobilisasi penuh mempunyai banyak keuntungan bagi kesehatan, baik fisiologis maupun psikologis bagi pasien untuk memenuhi kebutuhan dan kesehatan secara bebas, mempertahankan interaksi sosial dan peran dalam kehidupan sehari hari.
2. Mobilisasi sebagian
Pasien yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya mempunyai gangguan syaraf sensorik maupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi sebagian dapat dibedakan menjadi:
1) Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistim muskuloskeletal seperti dislokasi sendi dan tulang
2) Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistim syaraf yang reversibel.
E. Kontra Indikasi Mobilisasi
pada kasus tertentu istirahat di tempat tidur diperlukan dalam periode tidak terlalu lama seperti pada pada kasus infark Miokard akut, Disritmia jantung, atau syok sepsis, kontraindikasi lai dapat di temukan pada kelemahan umum dengan tingkat energi yang kurang.
F. Mobilisasi Pada Pasien Pasca Pembedahan Abdomen.
Mobilisasi pasca pembedahan yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar (Brunner & Suddarth, 1996 ).
Tahap-tahap mobilisasi pada pasien dengan pasca pembedahan menurut Rustam Muchtar (1992), meliputi :
1. Pada hari pertama 6-10 jam setelah pasien sadar, pasien bisa melakukan latihan pernafasan dan batuk efektif kemudian miring kanan – miring kiri sudah dapat dimulai.
2. Pada hari ke 2, pasien didudukkan selama 5 menit, disuruh latihan pernafasan dan batuk efektif guna melonggarkan pernafasan.
3. Pada hari ke 3 – 5, pasien dianjurkan untuk belajar berdiri kemudian berjalan di sekitar kamar, ke kamar mandi, dan keluar kamar sendiri.



Jumat, 02 Desember 2011

Teknik pemasangan infus

Teknik Pemasangan Infus
By SUPRAPTO Tujuan Utama Terapi Intravena:
  
1. Mengembalikan dan
mempertahankankeseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh
2. Memberikan obat-obatan
3. Transfusi darah dan produk darah
4. Memberikan nutrisi parenteral Keuntungan dan Kerugian Terapi
Intravena

  Keuntungan:

 Efek terapeutik segera dapat tercapai karena penghantaran
obat ke tempat target berlangsung cepat.
 Absorsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi
lebih dapat diandalkan 
 Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek
terapeutik dapat dipertahankan maupun dimodifikasi
 Rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan
intramuskular atau subkutan dapat dihindari
 Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute
lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan
dalam traktus gastrointestinalis Kerugian:
 Tidak bisa mengubah aksi obat  tersebut sehingga
resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi
 Kontrol  pemberian  yang  tidak  baik  bisa
menyebabkan “speeed Shock”
 Komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu:
 Kontaminasi  mikroba  melalui  titik  akses  ke
sirkulasi dalam periode tertentu
 Iritasi Vaskular, misalnya phlebitis kimia
 Inkompabilitas  obat  dan  interaksi  dari  berbagai
obat tambahan    
 Peran Perawat Dalam Terapi Intravena

 Memastikan  tidak  ada  kesalahan  maupun
kontaminasi cairan infus maupun kemasannya
 Memastikan  cairan  infus  diberikan  secara  benar
(pasien,  jenis  cairan,  dosis,  cara  pemberian  dan
waktu pemberian)
 Memeriksa apakah jalur intravena tetap paten
 Observasi  tempat  penusukan  (insersi)  dan
melaporkan abnormalitas
 Mengatur  kecepatan  tetesan  sesuai  dengan
instruksi
 Monitor  kondisi  pasien  dan  melaporkan  setiap
perubahan
 Persiapan  Infus  dan  Insersi  Kateter  pada  Vena
Perifer
  Persiapan Pasien
 Periksa rekam medis untuk mengetahui riwayat penyakit, alergi dan rencana
perawatan
 Periksa ulang perintah dokter mengenai cairan yang harus diberikan dan
kecepatan tetesan.
  Edukasi ( pendidikan) pasien mengenai:
 Arti dan tujuan terapi intravena (I.V)
 Lama terapi intravena
 Rasa sakit sewaktu insersi (penusukan)
Anjuran: 
 Laporkan ketidaknyamanan setelah insersi (penusukan)
 Laporkan jika kecepatan tetesan berkurang atau bertambah
Larangan:
      Mengubah/ mengatur kecepatan tetesan yang sudah diatur dokter/perawat
  Menarik, melepaskan, menekan, menindih infus set
  Sesuai intuksi dokter, misalnya larangan berjalan
 Ukuran  16
  Guna: – Dewasa
              - Bedah Mayor, Trauma
              - Apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan
 Pertimbangan Perawat: – Sakit pada insersi
                      - Butuh vena besar
Ukuran 18
  Guna:   - Anak dan dewasa
               - Untuk darah, komponen darah, dan infus kental   
  lainnya   
            Pertimbangan Perawat: – Sakit pada insersi
                                           - Butuh vena besar
Ukuran 20
 Guna: – Anak dan dewasa
         - Sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah,  komponen 
  darah, dan infus kental lainnya 
    Pertimbangan Perawat: umum dipakai                        

 Ukuran 22
Guna: – Bayi, anak, dan dewasa (terutama usia lanjut)
      - Cocok untuk sebagian besar cairan infus
Pertimbangan Perawat: 
 -  Lebih mudah untuk insersi ke vena yang kecil,
tipis   dan     rapuh
-  Kecepatan tetesan harus dipertahankan lambat
-  Sulit insersi melalui kulit yang keras

Ukuran 24, 26
Guna: – Nenonatus, bayi, anak dewasa (terutama usia lanjut)
  - Sesuai untuk sebagian besar cairan infus,tetapi  kecepatan
tetesan lebih lambat Persiapan Alat

1. Standar infuse
2. Ciran infus dan infus set sesuai kebutuhan
3. Jarum / wings needle / abocath sesuai dengan
ukuran yang dibutuhkan
4. Bidai / alas infuse
5. Perlak dan tourniquet
6. Plester dan gunting
7. Bengkok
8. Sarung tangan bersih
9. Kassa seteril
10. Kapas alkohol dalam tempatnya
11. Bethadine dalam tempatnya
 PELAKSANAAN
   Perawat cuci tangan
 Memberitahu tindakan yang akan dilakukan dan pasang
sampiran
 Mengisis selang infuse
 Membuka plastik infus set dengan benar
 Tetap melindungi ujung selang seteril
 Menggantungkan infus set dengan cairan infus dengan
posisi cairan infus mengarah keatas.
 Menggantung cairan infus di standar cairan infuse
  Mengisi kompartemen infus set dengan cara menekan (
tapi jangan sampai terendam )
  Mengisi selang infus dengan cairan yang benar
 Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan
keseterilan
 Cek adanya udara dalam selang
  Pakai sarung tangan bersih bila perlu
 Memilih posisi yang tepat untuk memasang infuse
 Meletakan perlak dan pengalas dibawah bagian yang akan
dipungsi
 Memilih vena yang tepat dan benar
 Memasang tourniquet
 Desinfeksi vena dengan tekhnik yang benar dengan alkohol
dengan  tekhnik  sirkuler  atau  dari  atas  ke  bawah  sekali
hapus
 Buka kateter ( abocath ) dan periksa apakah ada kerusakan
 Menusukan  kateter  / abocath pada  vena  yang  telah dipilih
dengan apa arah dari arah samping
 Memperhatikan  adanya  darah  dalam  kompartemen  darah
dalam  kateter,  bila  ada maka mandrin  sedikit  demi  sedikit
ditarik keluar sambil kateter dimasukan perlahan-lahan
  Torniquet dicabut
 Menyambungkan  dengan  ujung  selang  yang  telah  terlebih
dahulu dikeluarkan cairannya sedikit, dan sambil dibiarkan
menetes sedikit
 Memberi  plester  pada  ujung  plastik  kateter  /  abocath  tapi
tidak menyentuh area penusukan untuk fiksasi
 Membalut dengan kassa bethadine seteril dan menutupnya
dengan kassa seteril kering
 Memberi  plester  dengan  benar  dan  mempertahankan
keamanan kateter / abocath agar tidak tercabut
 Mengatur tetasan infus sesuai dengan kebutuhan klien
 Alat-alat dibereskan dan perhatikan respon klien
 Perawat cuci tangan
 Catat tindakan yang dilakukan
 EVALUASI
  Perhatikan  kelancaran  infus,  dan  perhatikian
juga  respon  klien  terhadap  pemberian
tindakan

DOKUMENTASI
 Mencatat  tindakan  yang  telah  dilakukan
(waktu  pelaksanaan,  hasil  tindakan,  reaksi  /
respon  klien  terhadap  pemasangan  infus,
cairan  dan  tetesan  yang  diberikan,  nomor
abocath,  vena  yang  dipasang,  dan  perawat
yang melakukan ) pada catatan keperawatan
 PERHITUNGAN TETESAN INFUS

Kalibrasi Tetesan Infus
1. Micro drip
  1 cc = 60 tetes/menit 
2. Macro drip
1 cc = 15 tetes/ml (Abbot Lab)
1 cc = 15 tetes/ml ( Mc Graw Lab)
1 cc = 10 tetes/ml (Travenol Lab)
 Rumus menghitung kecepatan
cairan  (ml/menit)
          
        
        Jumlah Cairan yang masuk (cc) x 1 cc
Tetes/menit  = 
                          Lamanya infus (jam x 60 menit)  
        
 Contoh Soal:
  Tn.  “S”  masuk  rumah  sakit,  setelah
dilakukan  pemeriksaan  mendapatkan
terapi  cairan  500  cc  dan  cairan
tersebut  harus  habis  selama  7  jam.
Berapa  tetes cairan  tersebut diberikan
dengan makro drips 1 cc : 15 tetes ?
             jumlah cairan yang masuk (cc)
Lamanya infus =
                             Jumlah tetesan (tts/m) / 1 cc
 Contoh Soal:
  Tn.  “S” masuk  rumah  sakit,  setelah
dilakukan  pemeriksaan  mendapatkan
terapi  cairan 500  cc dan  cairan  tersebut
diberikan  20  tetes/menit.  Berapa  jam 
cairan  tersebut  habis  diberikan  dengan
makro drips 1 cc : 15 tetes ?
 Misalnya jumlah cairan 500 cc, dengan menggunakan ukuran macro drips
(1 cc = 15 tetes) maka berapa waktu absorbsi (jam) jika jumlah tetesan  :


1. 8 tetes/menit
2. 9 tetes/menit
3. 10 tetes/menit
4. 11 tetes/menit
5. 12 tetes/menit
6. 13 tetes/menit
7. 14 tetes/menit
8. 15 tetes/menit
9. 16 tetes/menit
10. 17 tetes/meint
11. 18 tetes/menit
12. 19 tetes/menit
13. 20 tetes/menit
14. 21 tetes/menit
15. 22 tetes/menit
16. 23 tetes/menit
17. 24 tetes/menit
18. 25 tetes/menit
19. 26 tetes/menit
20. 27 tetes/menit
21. 28 tetes/menit
22. 29 tetes/menit
23. 30 tetes/menit
1. 15 jam 6 menit
2. 14 jam
3. 12 jam 5 menit
4. 11 jam 36 menit
5. 10 jam 41 menit
6. 10 jam
7. 9 jam
8. 8 jam 33 menit
9. 8 jam
10. 7 jam 35 menit
11. 7 jam
12. 6 jam 57 menit
13. 6 jam 25 menit
14. 6 jam
15. 5 jam 43 menit
16. 5 jam 20 menit
17. 5 jam
18. 4 jam 80 menit
19. 4 jam 62 menit
20. 4 jam 46 menit
21. 4 jam 31 menit
22. 4 jam 16 menit Metode Pemenuhan kebutuhan cairan
dan Elektrolit
1. Pemberian Cairan Intravena ( Infus)
2. Mengukur Intake dan Output
3. Pemberian Transfusi Di lanjutkan di laboratorium

Rabu, 23 November 2011

Oksigenasi

STUDY GUIDE



PSIK
FK
UNDIP
KEBUTUHAN
OKSIGENASI  
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
2010
TIM : Wahyu Hidayati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, Suhartini, S.Kp, MNS,
Sidik Awaludin, S.Kep, Ns, Megah  Andriani, S.Kp,M.Kep KATA PENGANTAR

Rasa  syukur  yang  dalam  kami  panjatkan  kehadiran  Tuhan  Yang
Maha  Esa,  karena  atas  Rahmat  dan  HidayahNya  akhirnya  Study
Guide  Oksigenasi  ini  dapat  diselesaikan.  Study  Guide  Oksigenasi
Program Studi  Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro  ini  dirasa  sangat  diperlukan  untuk  diterbitkan  sebagai
pedoman  bagi  mahasiswa  dan  dosen  dalam  proses  pembelajaran,
sehingga  diharapkan  kompetensi  yang  terkait  dengan  pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada setiap tahapan usia dapat dicapai. 

Kami berharap Modul Oksigenasi  ini dapat dijadikan petunjuk dan
dipergunakan  dengan  sebaik-baiknya.  Kami  juga  merasa  masih
banyak kekurangan dalam pembuatan modul ini, sehingga kritik dan
saran yang membangun untuk peningkatan kualitas modul ini sangat
kami harapkan.
                
Semarang, .... Agustus 2010 
                                                                         Tim Penyusun 

 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
I.  PENDAHULUAN
II.  PANDUAN PEMBELAJARAN 
III.  
IV.  PENUTUP

REFERENSI










 BAB I
PENDAHULUAN

A.  Deskripsi Mata Ajar : 
Mata  kuliah  ini membahas  tentang  prinsip-prinsip  teoritis
dan  keterampilan  klinis  keperawatan  tentang  kebutuhan
oksigenasi  sesuai  tingkat  usia  manusia  mulai  dari
pembentukan dalam kandungan sampai lansia. Fokus mata
kuliah  ini  meliputi  berbagai  aspek  yang  terkait  dengan
proses  ventilasi,  difusi,  transportasi,  dan  sistem  respirasi
sel.  Kegiatan  belajar  mahasiswa  berorientasi  pada
pencapaian  kemampuan  berfikir  sistematis,  komprehensif
dan  kritis  dalam mengaplikasikan  konsep  sistem  respirasi
dengan  pendekatan  asuhan  keperawatan  sebagai  dasar
penyelesaian masalah.

B.  Kompetensi
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran pada kebutuhan
oksigenasi mahasiswa  akan mampu :
1.  Melakukan  asuhan  keperawatan  dengan  kasus
gangguan  kebutuhan  oksigenasi  pada  berbagai  tingkat
usia  baik  kondisi  akut,  kronis maupun  kritis,  dengan
memperhatikan aspek legal dan etis.
2.  Melakukan  pendidikan  kesehatan  dengan  kasus
gangguan  kebutuhan  oksigenasi  pada  berbagai  tingkat
usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis.
3.  Mengidentifikasi  masalah-masalah  penelitian  yang
berhubungan  dengan  kebutuhan  oksigenasi  dan
menggunakan  hasil-hasil  penelitian  dalam  mengatasi
masalah oksigenasi 4.  Melakukan  pengelolaan  asuhan  keperawatan  pada
sekelompok  klien  dengan  gangguan  kebutuhan
oksigenasi  pada  berbagai  tingkat  usia  dengan
memperhatikan aspek legal dan etis
5.  Menjadi  acuan  dalam  melaksanakan  berbagai  peran
diatas dengan memperhatikan etika dan norma profesi


 C.  PEMETAAN KOMPETENSI
Tahap Akademik
    Profesional skill
No  Kompetensi  Bahan kajian  Metoda
1  Melakukan simulasi asuhan
keperawatan dengan kasus
gangguan kebutuhan
oksigenasi pada berbagai
tingkat usia dengan
memperhatikan aspek legal
dan etis.

1.  Anatomi, fisiologi, kimia, fisika
dan biokimia oksigenasi.
2.  Patofisiologi pada kebutuhan
oksigenasi (kasus-kasus
oksigenasi yang sering terjadi
pada berbagai tingkat usia di
daerah, nasional, regional dan
internasional)
3.  Pengkajian kebutuhan oksigenasi
4.  Diagnosa keperawatan pada
gangguan oksigenasi 
5.  Perencanaan/implementasi/evalu
asi keperawatan pada gangguan
kebutuhan 
oksigenasi
6.  Dokumentasi asuhan
keperawatan

Learning Discovery,Mini Lecture,
Case study, SGD, Project Based
learning (PjBL), Lab skills   



7.  Sistem layanan kesehatan untuk
pasien dengan gangguan
kebutuhan oksigenasi (rujukan,
PMO, Gakin, Jamkesmas)

2  Melakukan simulasi
pendidikan kesehatan
dengan kasus gangguan
kebutuhan oksigenasi pada
berbagai tingkat usia
dengan memperhatikan
aspek legal dan etis.
1.  Pencegahan primer dan sekunder 
pada masalah kebutuhan
oksigenasi
2.  Pencegahan tertier  pada masalah
kebutuhan oksigenasi

Case study, SGD, Lab skills
3  Mengidentifikasi masalah-
masalah penelitian yang
berhubungan dengan
kebutuhan oksigenasi dan
menggunakan hasil-hasil
penelitian dalam mengatasi
masalah oksigenasi
Hasil-hasil penelitian terkait
kebutuhan oksigenasi

Telaah jurnal, Learning
Discovery, Case study, SGD
4  Melakukan simulasi
pengelolaan asuhan
keperawatan pada
sekelompok klien dengan
Manajemen kasus pada kebutuhan
oksigenasi (klasifikasi kasus
kebutuhan oksigenasi dan prioritas
masalah sistem respirasi)
Case study, SGD gangguan kebutuhan
oksigenasi pada berbagai
tingkat usia dengan
memperhatikan aspek legal
dan etis


5  Melaksanakan fungsi
advokasi pada  kasus
dengan oksigenasi pada
berbagai tingkat usia
1.  Prinsip-prinsip etika keperawatan
: otonomi, beneficience, justice,
non maleficience, moral right,
nilai dan norma masyarakat
2.  Nursing advocacy
Case study, SGD, Problem Based
learning (PBL)
6.  Mendemonstrasikan
intervensi keperawatan
pada  kasus dengan
gangguan oksigenasi
(jantung paru) pada
berbagai tingkat usia sesuai
dengan standar yang
berlaku, dengan berfikir
kreatif dan inovatif
sehingga menghasilkan
pelayanan yang efisien dan
efektif
1.  Pengkajian pada oksigenasi
2.  Fisioterapi dada/ postural
drainage
3.  Terapi O 2 
4.  Suctioning
5.  Perawatan WSD
6.  Nebulisasi
7.  Trakheostomi 
8.  RJP

Lab skills Tahap Profesi
No
Professional skill
Method  Task  Penilaian
Waktu
pencapaian
Evaluasi
Routine
Skills
Affective  Knowledge
Tindakan Mandiri Keperawatan
1
Melakukan
pengkajian
sistem
pernapasan
Komunikasi
terapeutik,
empati,
menjaga
privasi
  Menjelaskan
struktur dan
fungsi tubuh
sistem
pernapasan 
secara normal
dan patologis
  Faktor yang
mempengaruhi
fungsi
respirasi
  Menjelaskan
proses
terjadinya
perubahan
fungsi
respirasi dan
Pembelaja
ran kasus,
pembelaja
ran konsep
dan
pembelaja
ran skill
Practical
Skill (60%)
Oral
Presentation
(40%)
1. Mahasiswa
diminta untuk
menentukan
klien kelolaan
dengan
gangguan
sistem
pernapasan
2. Mahasiswa
diminta untuk
melakukan
pemeriksaan
fisik sistem
pernapasan
pada klien
tersebut
3. Mahasiswa
Bimbingan:
4X200'

Penilaian: 2
X 200'
 kardiovaskuler

diminta
menganalisa
hasil tindakan
berdasarkan
pengetahuan
yang dimiliki

Melakukan
pengkajian
sistem
kardiovasku
ler
Komunikasi
terapeutik,
empati,
menjaga
privasi
  Menjelaskan
struktur dan
fungsi sistem
kardiovaskular
secara normal
dan patologis
  Faktor yang
mempengaruhi
fungsi
kardiovaskler
  Menjelaskan
proses
terjadinya
perubahan
fungsi 
kardiovaskuler
  Menjelaskan
proses
embriologi dan
Pembelaja
ran kasus,
pembelaja
ran konsep
dan
pembelaja
ran skill
Practical
Skill (60%)
Oral
Presentation
(40%)
  Mahasiswa
diminta untuk
menentukan
klien kelolaan
dengan
gangguan
sistem
kardiovaskuler
  Mahasiswa
diminta untuk
melakukan
pemeriksaan
fisik sistem
kardiovaskuler
pada klien
tersebut
  Mahasiswa
diminta
menganalisa
Bimbingan:
4X200'

Penilaian: 2
X 200'










 fisiologi
sistem
kardiovaskuler
janin
  Menjelaskan
faktor yang
mempengaruhi
fungsi
kardiovaskuler
janin
  Menjelaskan
cara mengkaji
denyut jantung
janin

hasil tindakan
berdasarkan
pengetahuan
yang dimiliki

Melakuka
n
pengkajian
pada bayi
baru lahir
dengan
mengguna
kan apgar
score
Empati,
caring, teliti,
sigap
  Menjelaskan
pengertian
apgar score
  Menjelaskan
fungsi apgar
score
  Menjelaskan
bagaimana
apgar score
digunakan
Pembelaja
ran kasus,
pembelaja
ran konsep
dan
pembelaja
ran skill
Practical
Skill (60%)
Oral
Presentation
(40%)
  Mahasiswa
diminta untuk
menentukan
klien kelolaan
neonatus
dengan
gangguan
sistem
pernafasan dan
kardiofaskuler
Bimbingan:
4X200'

Penilaian: 2
X 200'
   Menjelaskan
interpretasi
dari
pemeriksaan
apgar score
  Menjelaskan
tindak lanjut
dari hasil
pemeriksaan
apgar score
(asfiksia)
  Mahasiswa
diminta untuk
melakukan
pemeriksaan
fisik pada
neontus
dengan
asfiksia
  Mahasiswa
diminta
menganalisa
hasil tindakan
berdasarkan
pengetahuan
yang dimiliki

Melakuka
n
pengkajian
pada ibu
hamil
dengan
resiko
gangguan
kardiovask
Komunikasi
terapeutik,
empati,
menjaga
privasi
  Menjelaskan
gangguan
kardiovaskular
pada ibu hamil
  Menjelaskan
interpretasi
gangguan
kardiovaskular
pada ibu hamil
Pembelaja
ran kasus,
pembelaja
ran konsep
dan
pembelaja
ran skill
Practical
Skill (60%)
Oral
Presentation
(40%)
  Mahasiswa
diminta untuk
menentukan
klien kelolaan
ibu hamil
dengan
gangguan
sistem
kardiofaskuler
Bimbingan:
4X200'

Penilaian: 2
X 200'
 ular
(preeklam
si dan
eklamsi)
  Menjelaskan
tindak lanjut
dan
penanganan
pada ibu hamil
dengan
gangguan
kardiovaskular
(preeklamsi/ek
lamsi)
  Mahasiswa
diminta untuk
melakukan
pemeriksaan
fisik ibu hamil
dengan resiko
ganguan
kardivaskular
(preeklamsi/ek
lamsi)
  Mahasiswa
diminta
menganalisa
hasil tindakan
berdasarkan
pengetahuan
yang dimiliki

Melakuka
n tindakan
untuk
membuka
dan
memperta
Komunikasi
terapeutik,
empati,
menjaga
privasi
  Mengidentifik
asi tehnik-
tehnik untuk
pembebasan
jalan nafas pre
hospital dan in
Pembelaja
ran kasus,
pembelaja
ran konsep
dan
pembelaja
Practical
Skill (60%)
Oral
Presentation
(40%)

Bimbingan:
4X200'

Penilaian: 2
X 200'
 hankan 
kepatenan
jalan nafas

hospital
  Menjelaskan
indikasi dan
kontraindikasi
tehnik-tehnik
pembebasan
jalan nafas
  Menjelaskan
tentang
mekanisme
pertahanan
respirasi
ran skill

Memberik
an
ventilasi
atau
bantuan
nafas

  Menjelaskan
mekanisme
kontrol
respirasi


Pembelaja
ran kasus,
pembelaja
ran konsep
dan
pembelaja
ran skill
Practical
Skill (60%)
Oral
Presentation
(40%)

Bimbingan:
4X200'

Penilaian: 2
X 200'


Memberik
an posisi
semi
fowler

  Menjelaskan
konsep perfusi
dan ventilasi
  Mengidentifik
asi pasien yang
Pembelaja
ran kasus,
pembelaja
ran konsep
dan
Practical
Skill
Oral
Presentation
  Mahasiswa a
menentukan
klien dengan
kebutuhan
posisi semi
Bimbingan:
2X200'

Penilaian: 1
X 200'
 membutuhkan
posisi semi
fowler

pembelaja
ran skill
fowler
  Mahasiswa
melakukan
prosedur semi
fowler

Mendemo
nstrasikan
batuk
efektif dan
nafas
dalam


  Membedakan
proses teknik
bernafas:
pernafasan
diafragma atau
perut,  pursed
lip breathing,
positioning,
exercise
condition,
energy
conservation

Pembelaja
ran kasus,
pembelaja
ran konsep
dan
pembelaja
ran skill
Practical
Skill (60%)
Oral
Presentation
(40%)

Bimbingan:
4X200'

Penilaian: 2
X 200'


Melakuka
n
fisioterapi
dada


  Menjelaskan
indikasi,
kontraindikasi,
langkah-
langkah
tindakan dan
Pembelaja
ran kasus,
pembelaja
ran konsep
dan
pembelaja
Practical
Skill (60%)
Oral
Presentation
(40%)

Bimbingan:
4X200'

Penilaian: 2
X 200'
 komplikasi
fisioterapi
dada

ran skill

Mendemo
nstrasikan
postural
drainage

  
Pembelaja
ran kasus,
pembelaja
ran konsep
dan
pembelaja
ran skill
Practical
Skill (60%)
Oral
Presentation
(40%)

Bimbingan:
4X200'

Penilaian: 2
X 200'


Melakuka
n terapi
inhalasi
dengan
mengguna
kan
nebulizer


  Menjelaskan
langkah2
dalam
pemberian
obat
bronkodilator
via Nebulizer,
inhaler, peak
flow meter
  Mengidentifik
asi indikasi
pemberian
obat
Pembelaja
ran kasus,
pembelaja
ran konsep
dan
pembelaja
ran skill
Practical
Skill (60%)
Oral
Presentation
(40%)

Bimbingan:
4X200'

Penilaian: 2
X 200'
 bronkodilator,
metode
pemberian dan
komplikasi


Melakuka
n
perawatan
pada
pasien
dengan
terpasang
WSD


  Mengidentifik
asi jenis-jenis
dan proses
kerja Drainase
(WSD)

Pembelaja
ran kasus,
pembelaja
ran konsep
dan
pembelaja
ran skill
Practical
Skill (60%)
Oral
Presentation
(40%)

Bimbingan:
4X200'

Penilaian: 2
X 200'


Mendemo
strasikan
tehnik RJP


  Mengidentifik
asi indikasi
dan
kontraindikasi
Resusitasi
Jantung Paru
(RJP)

Pembelaja
ran kasus,
pembelaja
ran konsep
dan
pembelaja
ran skill
Practical
Skill (60%)
Oral
Presentation
(40%)

Bimbingan:
4X200'

Penilaian: 2
X 200'


Membentu
k cardiac
  
Pembelaja
ran kasus,
Practical
Skill (60%)

Bimbingan:
4X200'
 dan
respiratory
support
group

pembelaja
ran konsep
dan
pembelaja
ran skill
Oral
Presentation
(40%)

Penilaian: 2
X 200'

Memodifi
kasi
lingkunga
n yang
adekuat
bagi lansia

  
Pembelaja
ran kasus,
pembelaja
ran konsep
dan
pembelaja
ran skill
Practical
Skill (60%)
Oral
Presentation
(40%)

Bimbingan:
4X200'

Penilaian: 2
X 200'


Membuat
jadwal
medikasi
terencana
bagi lansia
di rumah

  
Pembelaja
ran kasus,
pembelaja
ran konsep
dan
pembelaja
ran skill
Practical
Skill (60%)
Oral
Presentation
(40%)

Bimbingan:
4X200'

Penilaian: 2
X 200'

Tindakan Kolaborasi Keperawatan
1
Melakukan
intepretasi
AGD
Komunikasi
terapeutik,
empati,
  Menjelaskan
paru-paru
sebagai organ
Pembelajara
n kasus
pembelajara
Practical
Skill
Oral
  Mahasiswa
diminta untuk
menentukan
Bimbingan:
4X200'

 menjaga
privasi,
tanggung
jawab,
berpikir
kritis,
pendukung
keseimbangan
asam basa
  Menjelaskan
konsep
keseimbangan
asam basa
  Mengidentifik
asi klien yang
membutuhkan
pemeriksaan
AGD
  Menjelaskan
intepretasi
AGD
sederhana
n konsep
pembelajara
n skill
Pembelajara
n integratif
Presentati
on
klien yang
membutuhkan
pemeriksaan
AGD
  Mahasiswa
melakukan
pengambilan
darah arteri
secara mandiri
  Mahasiswa
mengirim hasil
pengambilan
ke
laboratorium
  Mahasiswa
menjelaskan
intepretasi
hasil
pemeriksaan
AGD dalam
diskusi
  Mahasiswa
menjelaskan
kebutuhan
oksigenasi
Penilaian: 2
X 200' kepada klien
dan keluarga

Memberik
an oksigen
kepada
pasien
dengan
mengguna
kan alat:
nasal
cannula,
simple
face mask,
partial
rebreather
mask,
non-
rebreather
mask,
venturi
mask,
headbox
dan
incubator.


 Menjelaskan
indikasi terapi
oksigen, metode
pemberian dan
komplikasi
pemberian
oksigen
 Mengidentifikas
i jenis dan
mode, indikasi
pemakaian dan
pelepasan
Ventilator

Pembelajaran
kasus,
pembelajaran
konsep dan
pembelajaran
skill
Practical
Skill
(60%)
Oral
Presentati
on (40%)

Bimbingan:
4X200'

Penilaian: 2
X 200'
 
Melakukan
pemeriksaa
n oximetrie

  
Pembelajara
n kasus,
pembelajara
n konsep
dan
pembelajara
n skill
Practical
Skill
(60%)
Oral
Presentati
on (40%)

Bimbingan:
4X200'

Penilaian: 2
X 200'


Mendemo
nstrasikan
pemeriksa
an
spirometri

  
Pembelajara
n kasus,
pembelajara
n konsep
dan
pembelajara
n skill
Practical
Skill
(60%)
Oral
Presentati
on (40%)

Bimbingan:
4X200'

Penilaian: 2
X 200'


Melakukan
mantoux
test


  Menjelaskan
tujuan,
langkah2, dan
hasil Mantoux
test

Pembelajara
n kasus,
pembelajara
n konsep
dan
pembelajara
n skill
Practical
Skill
(60%)
Oral
Presentati
on (40%)

Bimbingan:
4X200'

Penilaian: 2
X 200'


Mendemo
nstrasikan
setting

  Mengidentifik
asi jenis dan
mode, indikasi
Pembelajara
n kasus,
pembelajara
Practical
Skill
(60%)

Bimbingan:
4X200'

 ventilator

pemakaian dan
pelepasan
Ventilator

n konsep
dan
pembelajara
n skill
Oral
Presentati
on (40%)
Penilaian: 2
X 200'

Melakuka
n
pemeriksa
an EKG

  
Pembelajara
n kasus,
pembelajara
n konsep
dan
pembelajara
n skill
Practical
Skill
(60%)
Oral
Presentati
on (40%)

Bimbingan:
4X200'

Penilaian: 2
X 200'







 
BAB II
PANDUAN PEMBELAJARAN

Pelaksanaan  pembelajaran  mata  ajar  pemenuhan  kebutuhan
oksigenasidilaksanakan  dengan  metode  SCL.  Adapun  capaian
pembelajaran  setelah mahasiswa menyelesaikan modul  pemenuhan
kebutuhan  oksigenasi,  mahasiswa,  dosen  dan  fasilitator  harus
merujuk  kepada  kompetensi  yang  harus  dicapai  dengan
memperhatikan sasaran pembelajaran yang telah ditetapkan..

A.  SASARAN BELAJAR
Setelah menyelesaikan modul ini, mahasiswa mampu:
1.  Menjelaskan struktur sistem respirasi dan kardiovaskuler
1.1.  Struktur jalan napas
1.1.1.  Menjelaskan struktur jalan napas bagian atas
1.1.2.  Menjelaskan struktur jalan napas bagian bawah
1.1.3.  Menjelaskan struktur paru-paru
1.2.  Struktur dinding dada 
1.2.1  Menjelaskan struktur Otot-otot pernapasan
1.2.2  Menjelaskan struktur Ribs
1.2.3  Menjelaskan struktur Pleura
1.3.  Struktur Jantung
1.3.1.  Menjelaskan struktur otot jantung
1.3.2.  Menjelaskan struktur katup jantung
1.3.3.  Menjelaskan struktur system konduksi jantung
1.4.  Struktur Pembuluh darah
1.4.1.   Menjelaskan struktur pembuluh darah arteri
dan arteriola
1.4.2.  Menjelaskan struktur pembuluh darah vena dan
venula
1.4.3.  Mengidentifikasi pembuluh darah yang
memperdarahi paru-paru
1.4.4.  Mengidentifikasi pembuluh darah yang
memperdarahi jantung 2.  Menjelaskan mekanisme pengaturan proses respirasi dan
kardiovaskuler
2.1. Menjelaskan mekanisme pengaturan respirasi
2.1.1.  Menjelaskan proses ventilasi
2.1.2.  Menjelaskan proses difusi
2.1.3.  Menjelaskan proses transportasi oksigen
2.1.4.  Menjelaskan komponen  gas darah arteri
2.1.5.  Menjelaskan mekanisme kontrol respirasi
2.1.5.1.  Menjelaskan tentang kemoreseptor
pada respirasi
2.1.5.2.  Menjelaskan tentang mekanikal
reseptor pada respirasi
2.1.6.  Menjelaskan tentang mekanisme pertahanan
respirasi
2.1.6.1.  Menjelaskan mekanisme filtrasi udara
2.1.6.2.  Menjelaskan mekanisme mucociliary
clearance
2.1.6.3.  Menjelaskan mekanisme reflek batuk
2.1.6.4.  Menjelaskan mekanisme reflek
bronkokontriksi
2.1.6.5.  Menjelaskan mekanisme alveolar
macrophages
2.2. Menjelaskan mekanisme pengaturan system jantung
2.2.1.  Menjelaskan tentang mekanisme sirkulasi
pulmonal
2.2.2.  Menjelaskan tentang mekanisme sirkulasi
sistemik
2.2.3.  Menjelaskan tentang mekanisme system
konduksi jantung
2.2.4.  Menjelaskan tentang system mekanikal jantung
2.2.5.  Menjelaskan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi cardiac output
2.3. Menjelaskan mekanisme system vaskuler
2.4. Menjelaskan Pengaturan system kardiovaskuler
2.4.1.  Sistem saraf autonom
2.4.2.  Baroreseptor
2.4.3.  kemoreseptor 3.  Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi
respirasi dan kardiovaskuler
3.1.  Faktor yang mempengaruhi fungsi respirasi
3.1.1.  Usia
3.1.2.  Lingkungan
3.1.3.  Gaya Hidup
3.1.4.  Status Kesehatan
3.1.5.  Obat-obatan
3.1.6.  Stress
3.2.  Faktor yang mempengaruhi fungsi kardiovaskuler
3.2.1.  Faktor yang tidak dapat diubah
3.2.1.1.  Heredity
3.2.1.2.  Usia
3.2.1.3.  Gender
3.2.2.  Faktor yang dapat diubah
3.2.2.1.  Perubahan lipid serum
3.2.2.2.  Hipertensi
3.2.2.3.  Merokok
3.2.2.4.  Diabetes
3.2.2.5.  Obesitas
3.2.2.6.  Gaya hidup
3.2.2.7.  Cuaca
3.2.2.8.  Status kesehatan
3.2.2.9.  Stress dan koping
3.2.2.10. Perubahan level homocystein
4.  Mengidentifikasi  manifestasi  klinik  dari  perubahan  fungsi
respirasi
5.  Menjelaskan proses terjadinya perubahan fungsi respirasi
5.1.  Produksi sputum
5.2.  Sesak nafas
5.3.  Nyeri dada
5.4.  Suara nafas abnormal
5.5.  Penggunaan otot bantu pernafasan
5.6.  Sianosis,  hipoksia,  hipoksemia,  hiperkapnia,
hipokapnea
5.7.  Clubbing
6.  Manifestasi klinik dari perubahan fungsi kardiovaskuler
6.1.  Perubahan tanda2 vital 6.2.  Perubahan kulit
6.3.  Penurunan  cardiac  output  (kerusakan  otot,  fungsi
katup, masalah konduksi, aritmia, disritmia)
6.4.  Perubahan  aliran  darah  (  perubahan  pada  darah,
disfungsi  arteri,  disfungsi  kapiler,  disfungsi  vena,
penurunan  perfusi  jaringan,  nyeri,  disfungsi  dan
kerusakan organ, disfungsikognitif/otak)
7.  Mengidentifikasi  data  subyektif  dan  obyektif  yang
berhubungan  dengan  system  respirasi,  haematological  dan
kardiovaskuler
7.1.  Mengidentifikasi  data  subyektif  :  keluhan  utama,
riwayat kesehatan
7.2.  Mengidentifikasi data obyektif 
7.2.1  Melakukan pemeriksaan fisik
7.2.2  Melakukan  pengkajian  primer  (airway,
breathing, circulation, disability)
7.2.3  Melakukan  pengkajian  sekunder  (  inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi)
7.2.4  Melakukan kolaborasi pemeriksaan diagnostic 
7.2.4.1  Sistem  respirasi  :  spirometri,  oximetry,
kultur  sputum,  skin  test,  chest  x-ray,
pemeriksaan  darah,  Analisa  Gas  Darah,
Biopsy
7.2.4.2  Sistem  kardiovaskuler  :  EKG,  chest  x-
ray,  angiography,  echocardiogram,
kateterisasi, 
8.  Mengevaluasi  hasil  pengkajian  fisik  yang  normal  dan
abnormal dalam system respirasi dan kardiovaskuler
9.  Menganalisa data dari hasil pengkajian pada sistem respirasi
dan kardiovaskuler
10. Menetapkan  diagnosa  keperawatan  pada  gangguan  sistem
respirasi  (Clearence  air  way,  Breathing  pattern,  Gas
exchange)  dan  kardiovaskuler  (Perfusion, Cardiac Output,
Activity Intolerance)
11. Merencanakan  tindakan  Keperawatan  mandiri  dan
kolaborasi  secara  tepat  pada  sistem  respirasi  dan
kardiovaskuler 11.1.  Mengidentifikasi  indikasi  terapi  oksigen,  metode
pemberian dan komplikasi pemberian oksigen
11.2.  Memberikan terapi oksigen
11.3.  Mengidentifikasi  tehnik-tehnik  untuk  pembebasan
jalan nafas
11.4.  Melakukan tehnik pembebasan jalan nafas : suction,
pemasangan  orofaringeal  tube,  nasofaringeal  tube,
jaw  trust,  head  tilt  chin  lift,  Abdominal  thrust
maneuver (heimlich manuver)
11.5.  Mengidentifikasi  langkah2  dalam  melakukan
tracheostomy dan intubasi trakeal
11.6.  Melakukan  perawatan  pasien  dengan  tracheostomy
dan intubasi trakeal
11.7.  Melakukan perawatan pada pasien dengan gangguan
respirasi infeksius dan noninfeksius
11.8.  Mengidentifikasi  posisi  tidur  untuk
meningkatkan/mempertahankan  keadekuatan
oksigenasi
11.9.  Memberikan  posisi  tidur  guna
meningkatkan/mempertahankan  keadekuatan
oksigenasi
11.10.  Menjelaskan langkah2 pemeriksaan Spirometri
11.11.  Mengidentifikasi  indikasi  pemberian  obat
bronkodilator, metode pemberian dan komplikasi
11.12.  Menjelaskan  langkah2  dalam  pemberian  obat
bronkodilator  via  Nebulizer,  inhaler,  peak  flow
meter
11.13.  Mengidentifikasi indikasi, langkah-langkah tindakan
dan komplikasi fisioterapi dada
11.14.  Mendemonstrasikan tehnik batuk efektif
11.15.  Menjelaskan  proses  teknik  bernafas:  pernafasan
diafragma  atau  perut,    pursed  lip  breathing,
positioning, exercise condition, energy conservation
11.16.  Mengidentifikasi  indikasi  dan  kontraindikasi
Resusitasi Jantung Paru (RJP)
11.17.  Mendemonstrasikan tehnik RJP
11.18.  Mengidentifikasi  jenis-jenis  dan  proses  kerja
Drainase (WSD) 11.19.  Melakukan perawatan pada pasien dengan terpasang
WSD
11.20.  Mengidentifkasi jenis dan mode, indikasi pemakaian
dan  pelepasan  Ventilator  :  Ventilasi  mekanik
dengan PEEP
11.21.  Mengidentifikasi  indikasi,  kontraindikasi,  efek
samping  dan  metode  pemberian  Medikamentosa
(farmakotherapy)
11.22.  Mengidentifikasi  langkah2  pengambilan  sampel
dahak
11.23.  Menjelaskan  tujuan,  langkah2,  dan  hasil  Mantoux
test
11.24.  Melakukan mantoux test
11.25.  Melakukan pemeriksaan EKG
11.26.  Menginterpretasikan hasil pemeriksaan EKG secara
sederhana
11.27.  Melakukan  hemodinamik  monitoring  :  Tekanan
darah, nadi, HR, RR, Suhu perifer
11.28.  Mengidentifikasi  indikasi  dan  metode  penggunaan
defibrilator
11.29.  Mengenal  pemeriksaan  ABI  (Angkle  Brachial
Index)
11.30.  Menjelaskan Postural Blood pressure
11.31.  Mendemonstrasikan  tehnik  emergency  dalam
memperbaiki oksigenasi
11.31.1  Mengidentifikasi  tehnik  emergency  untuk
memperbaiki oksigenasi 
11.31.2  Menjelaskan  proses  dari  teknik-teknik
emergency untuk mengembalikan oksigenasi

B.  METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran yang digunakan untuk mendukung
tercapaianya kompetensi yang diharapkan, maka dalam modul
pemenuhan kebutuhan oksigenasi digunakan beberapa metode
pembelajaran yang sesuai. Adapun 
4.  Kuliah Pakar
5.  Mini Lecture 6.  Case study
7.  SGD
8.   Project Based learning (PjBL), 
9.  Lab skills  
10. Mapping based learning
11.  Problem Based Learning (PBL-7 jumps)
12.  Interactive Skill Station (ISS)
13.  Seminar 
14.  Tugas individu dan kelompok
15.  Praktek di laboratorium

C.  TUGAS DAN EVALUASI

No  Kompetensi  Metode  Tugas  Evaluasi
1  Melakukan simulasi
asuhan keperawatan
dengan kasus gangguan
kebutuhan oksigenasi
pada berbagai tingkat
usia dengan
memperhatikan aspek
legal dan etis
Mini
Lecture,
Case
study,
SGD,
Project
Based
learning
(PjBL), 
Work
Book,
Project,
Presentasi,

Terselesaikanny
a Workbook,
Oral Test,
Laporan Project,
Presentasi, Soft
skill, test tulis
(AUS)
(30%)
2  Melakukan simulasi
pendidikan kesehatan
dengan kasus gangguan
kebutuhan oksigenasi
pada berbagai tingkat
usia dengan
memperhatikan aspek
legal dan etis.
Case
study,
SGD,
Lab
skills
Simulasi,
Presentasi
Presentasi,
Simulasi Role
Play, Soft skill
(20%)
3  Mengidentifikasi
masalah-masalah
penelitian yang
berhubungan dengan
kebutuhan oksigenasi
dan menggunakan
Case
study,
SGD,
Lab
skills
Simulasi,
Presentasi
Presentasi,
Simulasi Role
Play, Soft skill
(20%) hasil-hasil penelitian
dalam mengatasi
masalah oksigenasi
4  Melakukan simulasi
pengelolaan asuhan
keperawatan pada
sekelompok klien
dengan gangguan
kebutuhan oksigenasi
pada berbagai tingkat
usia dengan
memperhatikan aspek
legal dan etis
Telaah
jurnal,
Case
study,
SGD
Simulasi,
Presentas
i
Presentasi,
Simulasi Role
Play, Soft skill
(10%)
5  Melaksanakan fungsi
advokasi pada  kasus
dengan oksigenasi pada
berbagai tingkat usia
Case
study,
SGD
Simulasi,
Presentas
i
Presentasi,
Simulasi Role
Play, Soft skill
(10%)
6  Mendemonstrasikan
intervensi keperawatan
pada  kasus dengan
gangguan oksigenasi
(jantung paru) pada
berbagai tingkat usia
sesuai dengan standar
yang berlaku, dengan
berfikir kreatif dan
inovatif sehingga
menghasilkan
pelayanan yang efisien
dan efektif
Case
study,
SGD,
Problem
Based
learning
(PBL),
Lab
skills
Simulasi,
Presentas
i
Presentasi,
Simulasi Role
Play,  Ujian Lab.,
Soft skill
(10%)

 FORMAT PENILAIAN
ORAL TEST/RESPONSI

Nama   : ………………………………………………
NIM  : ………………………………………………
Topik  : ………………………………………………
Tanggal : …………………………………………….

NO  ASPEK PENILAIAN  SKOR
1  2  3  4
1  PERSIAPAN        
1. Kelengkapan Materi         
2. Ketepatan Kontrak Waktu        
        
2  Responsi        
1. Penguasaan Materi        
2. Sistematika penyampaian Jawaban        
3. Argumentasi        
4. Ketepatan jawaban        
5. Kedalaman analisa        
6. Penyampaian ide-ide baru        
7. Kemampuan menyimpulkan ide        
        
3  SIKAP        
1. Ketenangan dan Kesopanan        
2. Menerima ide-ide orang lain        
3. Pengendalian emosi        
        
  TOTAL NILAI: Jumlah Skor X 25 =
                                  12 


  Paraf dan nama penilai




 FORMAT PENILAIAN SEMINAR

Nama   : ………………………………………………
NIM  : ………………………………………………
Topik  : ………………………………………………
Tanggal : …………………………………………….

NO  ASPEK PENILAIAN  SKOR
1  2  3  4
1  MAKALAH        
a. Sistematika penulisan        
b. Tata bahasa dan tulisan ilmiah        
c. Isi/materi        
        
2  PRESENTASI        
a. Penggunaan AVA dan Manajemen
waktu
      
b. Media Presentasi        
c. Penggunaan bahasa        
d. Penguasaan materi        
e. Penjelasan sistematis        
        
3  DISKUSI        
a. Respon terhadap pertanyaan        
b. Sistematika penyampaian  jawaban        
c. Penyampaian ide-ide baru        
d. Kemampuan menyimpulkan ide        
        
TOTAL NILAI:  Jumlah skor  X 25 = 
                                   12

Paraf & nama penilai





 FORMAT PENILAIAN DISKUSI

Nama   : ………………………………………………
NIM  : ………………………………………………
Topik  : ………………………………………………
Tanggal : …………………………………………….


NO  ASPEK PENILAIAN  SKOR
1  2  3  4
1  Persiapan untuk diskusi  role play /
simulasi


    
2  Mengidentifikasi masalah /
mengemukakan issu untuk diskusi
kelompok
      
3  Memberi ide selama diskusi

      
4  Mensintesa pengetahuan dan
memakainya dalam pemecahan
masalah  
      
5  Menerima ide-ide orang lain

      
6  Mengontrol emosi sendiri

      
7  Memperlihatkan perhatian dalam
grup dan kerjasama untuk
pencapaian tujuan kelompok
      
  TOTAL NILAI:  Jumlah skore  x 25=
                                    7

  Paraf & nama penilai









 FORMAT PENILAIAN ROLE PLAY/SIMULASI

Nama   : ………………………………………………
NIM  : ………………………………………………
Topik  : ………………………………………………
Tanggal : …………………………………………….

NO  ASPEK PENILAIAN  SKOR
1  2  3  4
1  MAKALAH/BAHAN SIMULASI        
a. Sistematika penulisan        
b. Tata bahasa dan tulisan ilmiah        
c.  Kesesuaian Isi/materi dengan topik        
        
2  SIMULASI/ROLE PLAY        
a. Kesuaian Bahan dan ALat Simulasi        
b. Media Presentasi        
c. Penggunaan bahasa        
d. Penguasaan materi        
e. Kerjasama Tim         
        
3  DISKUSI        
a. Respon terhadap pertanyaan        
b. Sistematika penyampaian  jawaban        
c. Kemampuan evaluasi DIri        
d. Kemampuan menyimpulkan ide        
        
TOTAL NILAI:  Jumlah skor  X 25 = 
                                   12

Paraf & nama penilai






 FORMAT PENILAIAN PROJECT