Rabu, 23 November 2011

BAB II


BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A.    KONSEP DASAR
1.      Pengertian
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang memberikan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperkalemia yang disebabkan oleh Defisiensi insulin atau kerja yang tidak adekuat (Smeltzer, 2002).
Diabetes mellitus adalah merupakan penyakit kronik yang kompleks yang mengakibatkan adanya gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Long, 2002).
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat hormon yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer, 2001).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Diabetes Millitus adalah gangguan sistem endokrin yang bersifat kronis yang mengalami gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak, sebagai akibat dari kekurangan hormon insulin yang dihasilkan oleh beta pankreas. (Mansjoer, 2001).
Diabetes Mellitus dibagi beberapa tipe yaitu :
a.       Diabetes Mellitus tipe I/insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM).Sylfia A. Price,Lorraine M. Wilson (2000)
Klien tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
b.      Diabetes Mellitus tipe II/Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM) terbagi dua yaitu :
a)      Obesitas
b)       Non obesitas
c.        Diabetes Mellitus type lain :
a.         Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
b.         Obat-obat yang dapat menyebabkan hiperkalemia antara lain : Furosemida, thyasida diuretik glukortika, dilanting asam hidotinik.
c.         Diabetes gestasianol (Diabetes kahamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan ke dalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan Hormon Chorionik Samatotro pin (HCS), hormon ini untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
       2. Etiologi
Smeltzer C. Susanne (2002) membagi penyebab DM menjadi dua    yaitu :
a.       Diabetes Mellitus Tipe I
a).  Faktor Genetika
Penderita tidak mewarisi diabetes tipe I sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi kearah terjadinya diabetes tipe I yaitu dengan ditemukannya tipe antigen HLA (Human Leucolyteantoge) tertentu pada individu tertentu.
b).  Faktor immunologis
Pada diabetes tipe I terdapat suatu respon autoimun sehingga antibodi terarah pada sel-sel pulau langerhans yang dianggapnya jaringan tersebut seolah-olah sebagai jaringan abnormal.
c).  Faktor lingkungan
Penyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor oksterial yang dapat memicu destruksisel beta, contoh hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
b.      Diabetes Mellitus Tipe II
Etiologi dari diabetes mellitus tipe II sampai saat ini belum diketahui dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan berbeda-beda dengan lebih dari satu penyebab yang mendasarinya. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin dan juga terdapat beberapa faktor resiko tentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes mellitus tipe II yaitu :
1.      Usia (Cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2.      Obesitas
3.      Riwayat keluarga ada yang menderita Diabetes Mellitus
4.      Kelompok etnik tertentu.    
       3.   Insiden
Diduga terdapat sekitar 10 juta kasus diabetes mellitus di Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagnosis 600.000 kasus baru. DM merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat dan merupakan penyebab utama kebutaan akibat retipati diabetik. (Arjatmo, 2002).
Wanita lebih tinggi frekuensinya dibandingkan pria, kemungkinan karena faktor obesitas dan kehamilan. Menurut peneliti epidemiologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia berkisar 1,4 – 1,6%.(Tjokronegoro Artjatmo, 1999).   
Diduga dalam jangka waktu 30 tahun penduduk Indonesia akan naik sebesar 40% dengan peningkatan jumlah pasien diabetes yang jauh lebih besar yaitu 85 – 138% (Tjokronegoro Artjatmo, 1999).   
     4.  Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan dan strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah, panjangnya kira-kira 15 cm, berat 60-100 gram.
Letaknya pada daerah umbilical, dimana kepalanya berada dalam lekukan duodenum dan ekornya menyentuh kelenjar lymfe, mensekresikan insulin dan glukagon ke dalam darah pankreas terdiri dari tiga bagian yaitu :
a.       Kepala pankreas, merupakan bagian yang paling besar terletak di sebelah kanan umbilical dalam lekukan duodenum.
b.      Badan pankreas merupakan bagian utama , letaknya sebelah lambung dan depan vertebrata lumbalis pertama.
c.       Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh limfa.
Pankreas terdiri dari jaringan utama yaitu :
a.       Asinus yang mengekskresi getah pencernaan ke duodenum.
b.      Pulau Langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi mengekskresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau Langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa (Mengekskresi glukagon) sel beta (mengekskresi insulin), dan sel-sel delta mengekskresi somatostatin yang satu sama lain dibedakan dari struktur dan sifat pewarnanya.  
Fungsi pankreas ada dua, oleh karena itu disebut organ rangkap,
yaitu (Ikram, Ainal, 1996).
a.       Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah pankreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dan pankreas yaitu :
a). Amylase: Menguraikan tepung menjadi maltosa dan  maltosa dijadikan polisakarida dan polisakarida dijadikan sakarida kemudian dijadikan monosakarida.
b).  Tripsin: Menguraikan pepton menjadi polpeptida kemudian menjadi asam amino.
c).  Lipase: Menguraikan lemak yang sudah di emulsi menjadi asam lemak dan gliseron gliserin.
b.      Fungsi endokrin atau kelenjar tetrutup berfungsi membentuk hormon dalam pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveoli-alveoli pankreas, terpisah dan tidak mempunyai saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pankreas adalah insulin dan glukagon.
1). Insulin
            Insulin adalah suatu hormon yang dihasilkan oleh sel-sel beta di kelenjar pankreas. Fungsi insulin dalam tubuh sangat bermacam-macam. Salah satunya adalah membantu menurunkan kadar glukosa dalam darah. Cara kerja insulin yang terdapat pada membran sel, sehingga permeabilitas sel berubah dan zat makanan tak bisa masuk ke dalam sel (Facilitated). Dengan kata lain, insulin dapat dianggap suatu anak kunci yang bertugas membuka pintu sel agar glukosa dapat masuk ke dalam sel. Perlu diketahui juga bahwa walaupun tidak semua sel tubuh membutuhkan insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam selnya. 
Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu:
a.       Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang diabsorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati dalam bentuk glikogen.
b.      Sebagai sistem umpan balik untuk mempertahankan glukosa darah normal.
c.       Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap hypothalamus adalah merangsang simpatis. Sebaiknya epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih lanjut dari hati, juga membantu melindungi terhadap hypoglikemia berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat,
yaitu :
a.       Menambah kecepatan metabolisme glukosa.
b.      Mengurangi konsentrasi gula darah.
c.       Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.
2).     Glukagon
               Glukagon adalah suatu homon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans mempunyai fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino (Price A. Sylvia, 2000)
         Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah adalah :
a.       Pemecahan glikogen (glikogenesis)
b.      Peningkatan glukosa (glukogenesis)
Pengatur sekresi glukosa darah, perubahan konsentrasi glukosa darah mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pankreas menyekresi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia.
      5.  Patofisiologi
           a. Diabetes tipe I (IDDM)
Ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karna sel sel beta pankreas telah di hancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa telah terjadi akibat produksi glukosa yang tidak teratur oleh hati. Di samping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat di simpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). (Price A. Sylvia, 2000)
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar. Akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan kedalam urine, ekskresi ini akan di sertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.  Keadaan ini dinamakan diuresis osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, sehingga mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuri) dan rasa haus (polidipsi). (Arjatmo, 2002).
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenesis (pemecahan glukosa yang di simpan) dan glikoneogenesis (pembentukan glukosa baru dalam asam asam amino serta subtansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang mempunyai asam mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Pemberian insulin dengan cairan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolic tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemia serta ketoasidosis, (Brunner dan Suddart, 2001).

            b. Diabetes Mellitus Tipe II (NIDDM )
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus tersebut, terjadi suatu rangkaian sekresi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang di sekresikan. Sehingga akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II (NIDDM).
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi bahan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidodis diabetik tidak terjadi, akan tetapi meskipun demikian diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonkatotik (HHNK). (Brunnner dan Suddart, 2002)           

      6.  Manifestasi Klinik
Gejala yang lazim terjadi pada Diabetes Mellitus pada tahap awal sering ditemukan:
a.       Poli Uri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sebagai terjadi osmotik diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
b.      Mata Kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa-sarbitol fruktuasi) yang disebabkan karena insufiensi. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dan lensa sebagai menyebabkan pembentukan katarak. (Tjokronegoro Arjatmo, 1999)
c.       Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poli uri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
d.      Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel, mengalami stervasi (lapar), sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.

e.       Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, kurang tenaga
Hal ini disebabkan oleh kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh bersama mendapatkan pelebaran zat kimia dari bahagian tubuh yang lain yaitu dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak. Jadi klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
          7.  Pemeriksaan Penunjang
    a. Pemeriksaan laboratorium
1). Pemeriksaan glukosa dalam darah dengan cara hedegrotonJensen (reduksi) nilai reduksi sebagai berikut (Kriteria WHO) :
(1) Glukosa darah sewaktu (GDS) : >200 mg/dl
(2) Glukosa darah Puasa                  : 140 mg/dl
(3) Glukosa darah 2 jam PP             : 200 mg/dl
 2).  Pemeriksaan urin
(1) Glukosa positif
(2) Keton positif
(3) Aseton positif
    b. Pemeriksaan penunjang tambahan :
1)     EKG
2)      USG

      8.  Penanganan Medik
a.       Perencanaan Makanan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi yang baik (Brunner dan Suddart, 2002) :
a).  Karbohidrat sebanyak 60-70% (300, 58 gr)
b).  Protein sebanyak 10-15% (49,82 gr)
c).  Lemak sebanyak 20-25% (36,28 gr)
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori untuk pasien diabetes mellitus
BB Ideal : (TB-100) – 10% kg
 
Perhitungan nenurut Bocca 2002 :

1).  BB Ideal x 30% untuk laki-laki
      BB ideal x 25% untuk wanita, kebutuhan kalori sebenarnya harus ditambah lagi dengan kegiatan sehari-hari :
a.  Ringan        :  100-200 Kkal/jam
      b.  Sedang       :  200-250 Kkal/jam
      c.  Berat           :  400-900 Kkal/jam
2).  Kebutuhan dihitung seperti diatas tetapi ditambah kalori berdasarkan presentasi kalori basal :
      a.  Kerja ringan, ditambah 10% dari kalori basal
      b.  Kerja sedang, ditambah 20% dari kalori basal
      c.  Kerja berat, ditambah 40-100 dari kalori basal
3).  Pasien kurus, masih tumbuh kembang, terdapat infeksi, sedang hamil atau menyusui, ditambah 20-30% dari kalori basal.Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut :
      a.  Pasien kurus           :  2.300-2.500 Kkal
      b.  Pasien normal         :  1.700-2.100 Kkal
      c.  Pasien gemuk         :  1.300-1.500 Kkal
           Kalori                     :  1.700 Kkal
           Protein                   :  65 gram
           Lemak                    :  45 gram
           Hidrat orang           :  260 gram
b.      Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama ± 30 menit disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging lari, renang, bersepeda. Sedapat mungkin zona sasaran yaitu 75-85% denyut nadi maksimal (DNM )
Pengelolaan Farmakologis
Sarana pengelolaan farmakologis diabetes (Brunner dan Suddart, 2001) :
1).  Obat hipoglikemik oral (OHO) :
      a).  Golongan sulfonylurea (mis : glikuidon) bekerja dengan cara
(1)                            Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan
(2)                           Menurunkan  ambang sekresi insulin
(3)   Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat ransangan   glukosa.
      b).  Biguanid
                  Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal. preparat yang ada dan aman adalah metformin, obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk.
      c).  Intibitor alfaglukosidase
                  Obat ini bekerja secara kompetitif  menghambat kerja enzim alfa glukosidase dari dalam saluran cerna, sehingga menurunkan hipeglikermia pasca prandial.
      d).  Insulin sensitizing agent
                  Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek faramakologi meningkatkan sensititivitas insulin dari berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia. Obat ini Belum beredar di Indonesia.
2).  Insulin
      Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah :
a)    DM dengan BB menurun cepat / kurus
b)   Ketoasidosis, asidosis, laktat, dan koma hiperosmolar
c)    DM yang mengalami stress berat linfeksi, sistemik, operasi berat dan lain-lain.
d)   DM dengan kehamilan / DM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan.
e)    DM yang tidak dikelola dengan obat hiperglikemia oral dosis maksimal atau ada kontraindikasi dengan obat tersebut.
3)                                                     Penyuluhan kesehatan
Untuk meningkatkan pemahaman proses dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara dokter dengan penderita yang datang, selain itu juga dilakukan melalui media-media cetak dan elektronik (Tjokronegoro Artjatmo, 1999).
B.  KONSEP KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan (Tjokronegoro Artjatmo, 1999).
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi, mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin dan Metabolik (Brunner dan Suddart, 2002).


1.   Pengkajian
Menurut Marilynn E. Doenges 2000 pengkajian pada klien dengan gangguan sistem Nutrisi dan Metabolik: diabetes mellitus dilakukan dari pengumpulan data yang meliputi biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Pengkajian
a.       Biodata
1).  Identitas :
Mencakup : Nama, umur jenis kelamin, agama, status, alamat,  pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, no. register dan diagnosa keperawatan
2). Data penanggung jawab mencakup: nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat, serta hubungan dengan klien.
b.      Keluhan Utama
Keluhan utama yang paling sering dirasakan yaitu mual, muntah, kelelahan, nafsu makan menurun, poliuria, dan polidipsi.
Riwayat Kesehatan
1).  Riwayat kesehatan saat ini
       Klien biasanya mengeluh lelah, nafsu makan menurun, mual
       dan muntah
2).   Riwayat kesehatan yang lalu
        Bagaimana pola hidup sehari hari, kebiasaan mengkonsumsi makanan kurang baik, lingkungan kotor, rumah kurang ventilasi, kebersihan perorangan kurang baik. Apakah klien pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya atau kapan terjadi.
3)    Riwayat kesehatan keluarga
         Apakah di keluarga ada yang pernah atau sedang menderita penyakit diabetes mellitus
c.       Riwayat Psikologis
1).  Pola konsep diri          :  Pandangan klien terhadap dirinya
2).  Pola kognitif               :  Pengetahuan klien tentang penyakit yang
                                             diderita
3).  Pola koping                 :  Menyangkut cara yang ditempuh klien
                                             dalam mengatasi masalah.
 4).Pola interaksi         : Menggambarkan bagaimana hubungan klien                                         dengan keluarga, orang lain/tetangga, perawat, dokter dan tenaga kesehatan lain.
d.      Riwayat Spiritual
1).  Bagaimana ketaatan klien dalam menjalankan ibadah sesuai keyakinannya
2).  Bagaimana dukungan keluarga terhadap klien
3).  Ritual atau acara keagamaan yang sering dijalankan klien.
e.       Pola kegiatan sehari-hari sebelum dan selama sakit.
1).  Makanan                     :  Jenis makanan, frekuensi makan, nafsu
                                             makan, makanan kesukaran, makanan
                                             pantangan
2).  Minuman                     :  Jenis minuman, jumlah
3).  Eliminasi                     :  B.A.K       :  frekuensi, warna, bau
B.A.B        :  frekuensi, warna, konsistensi       bau
4).  Instirahat/Tidur           :  Waktu dan jumlah tidur malam dan siang
5).  Kebersihan diri            :  Penampilan diri, mandi, gosok gigi, cuci
                                             rambut.
6).  Olahraga/Aktivitas      :  Kegiatan olahraga dan aktivitas yang
                                             dilakukan.
f.       Pengkajian pada klien Diabetes Mellitus (Marilyn E. Doenges, 2000) :
1)      Aktifitas/Istirahat
Gejala     :  Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot,
   tonus otot Menurun, gangguan istirahat dan tidur
Tanda     :  Tachikardi / tacipnea
                      pada waktu melakukan aktivitas dan koma, penurunan kekuatan  otot
2)      Sirkulasi
Gejala        :  Riwayat   hipertensi,   penyakit   jantung   seperti   IM, akut klaudikas, kebas dan kesemutan pada ekstremitas bawah, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda    : Takikardia, perubahan tekanan darah postural, nadi yang Menurun / tidak ada,  kulit panas,  kering dan kelemahan, bola mata cekung.
3)      Integritas Ego
Gejala        : Stress, tergantung pada orang lain, masalah
     financial, yang berhubungan dengan kondisi
Tanda        : Ansietas, peka ransang.
4)      Eliminasi
      Gejala        : Poliuri, nocturi, nyeri, rasa terbakar, kesulitan
berkemih, (infeksi) ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
      Tanda        :  Urin, encer, pucat, kuning, poliuri, urin berkabut,
                           abdomen keras, adanya asietas, bising
      usus lemah/menurun.
5)      Makanan/cairan
Gejala        :  Nafsu makan menurun, mual/muntah, tidak
                           mengikuti diet, penurunan berat badan lebih dari
                           periode beberapa hari /minggu, haus.
Tanda        :  Kulit kering /bersisik,  turgor jelek,  muntah,
      kekakuan /distensi andomen, pembesaran tiroid,
      bau napas aseton.


6)      Neuro Sensori
Gejala        : Pusing,  pening,  sakit kepala,  kesemutan,
                          gangguan penglihatan.
Tanda       :  Disorientasi,  mengantuk,  lethargi,  gangguan
     memori, refleks tendon menurun, aktifitas kejang.
7)      Nyeri/kenyamanan
Gejala       :  Abdomen yang tegang/nyeri
Tanda       :  Wajah meringis dengan palpitasi.
8)      Pernapasan
Gejala        : Merasa kurang oksigen, batuk dengan/tanpa
     sputum.
Tanda        : Lapar, frekuensi pernapasan meningkat.
9)      Kemananan
        Gejala      : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda        : Deman, diaforesis, kulit rusak peralysis otot.

10)  Seksualitas
Gejala          :  masalah impotensi pada pria, kesulitan orgasme  
                             pada wanita.
2.      Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori Marilynn E Doenges 2000, maka diagnosa keperawatan yang muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :
a.       Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c.       Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia/adanya luka.
d.      Resiko tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e.       Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f.       Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g.      Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognologis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interprestasi informasi.
3.      Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan pada klien dengan DM menurut Marilynn E Doenges (2000), berdasarkan diagnosa masing-masing yaitu:

a.  Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis  osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dengan dikriteria : tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara terpadu individu, kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi
Rasional
1.  Pantau tanda-tanda vital



2.  Kaji nadi perifer, pengisian
     kapiler, tugor kulit dan membran
     mukosa.
3.  Pantau masukan dan keluaran,
    cacat  berat jenis urin.

4. Timbang berat badan setiap hari







5.  Berikan terapi cairan sesuai
     indikasi
                                         
1.      Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi takikardia.

2.      Merupakan  indikator  dari  tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.

3.      Memberikan  perkiraan  kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal,
4.      Keefektifan dari terapi yang diberikan memberikan  hasil  pengkajian  yang
    terbaik dari status cairan yang           sedang berlangsung dan seanjutnya  dalam  memberikan cairan pengganti.
5. Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.
b.  Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
      Tujuan :
      Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria :
      1).  Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
      2).  Menunjukkan tingkat energi biasanya.
Intervensi
Rasional
1.      Timbang berat badan setiap hari

2.      Tentukan program diet dan pola makan klien

3.      Identifikasi makanan yang disukai




4.  Libatkan keluarga pasien dalam 
     perencanaan makanan

5. Observasi tanda tanda
    hipoglikemia


6.  Lakukan konsultasi dengan ahli 
    Diet
1.   Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
2.   Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik
3.   Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukan dalam perencanaan makanan, kerja sama ini dapat diupayakan setelah pulang
4. Memberikan informasi kepada 
    keluarga untuk memahami
    kebutuhan nutrisi pasien.
5. Karena metabolisme karbohidrat
    mulai terjadi ( gula darah ) akan  
    berkurang, dan sementara tetap
   diberikan insulin maka hipoglikemi    dapat terjadi
6. Sangat bermanfaat dalam
    perhitungan dan penyesuaian diet.
 c.   Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia
      Tujuan :
      Tidak terjadi infeksi dengan kriteria :
1)      Luka kering
2)      Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/penurunan resiko infeksi
3)      Mendemonstrasikan  tehnik,  perubahan  gaya  hidup  untuk mencegah               terjadinya infeksi
                          Intervensi
Rasional
1.      Observasi tanda-tanda infeksi dengan peradangan



2.      Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.
3.      Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invasif.

4.      Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.


5.      Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
1.   Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial

2.   mencegah timbulnya infeksi silang




3.   Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4.   Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5.   Membantu dalam meningkatkan ventilasi semua daerah paru dan memobilisasi secret.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan  ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
      Tujuan :
      Tidak terjadi perubahan sensorik dengan kriteria klien dapat :
      1).  Memeprtahankan tingkat kesadaran / orientasi.
      2).  Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi
Rasional
1.      Pantau tanda-tanda vital


2.      Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhan.

3.      Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.
4.      Selidiki adanya keluhan parestesia,yeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.
1.   Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2.   Menurunkan kebingungan dan membentuk untuk memepertahankan kontak dengan realitas.
3.   Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan oreintasi pada lingkungannya.
4.   Neuropati parifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.








e.  Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
      Tujuan :
      Tidak terjadi kelelahan dengan kriteria :
      1).  Klien dapat meningkatkan peningkatan tingkat energi
      2).  Klien menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi
            dalam aktivitas yang diinginkan. 
Intervensi
Rasional
1.      Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktifitas.

2.      Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup
3.      Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan tekanan darah sebelum/sesudah aktifitas.
4.      Tingaktkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
1.   Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2.   Mencegah kelelahan yang berlebihan.

3.   Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi fisiologis.

4.   Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkataktivitas yang dapat ditoleransi.

d.      Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan :
Klien secara mandiri mengambil/melakukan aktivitas perawatan diri dengan kriteria :
1).  Klien dapat mengidentifikasikan cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
2).     Klien dapat membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi
Rasional
1.      Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
2.      Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.






3.      Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan baik positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.
4.      Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.
1.   Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.

2.   Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi, kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.
3.   meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.




4.   Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

e.       Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya penjelasan, kesalahan intervensi informasi.
Tujuan :
Menunjukkan peningkatan pengetahuan dengan kriteria :
1).  Meningaktkan pemahaman tentang penyakit.
2).  Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
3).  Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.

Intervensi
Rasional
1.      Ciptakan hubungan saling percaya



2.      Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.


3.      Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.


4.      Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang dekat
1.   Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
2.   memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
3.   Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam  merencanakan makan /mentaati program
4.   Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih dekat.








       4. Implementasi
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilakasanakan. Melaksanakan intervensi /aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien.
Pelaksanaan keperawatan/impelementasi harus sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan dengan masalah yang terjadi. Dalam pelaksanaan keperawatan ada empat tindakan yang dilakukan yaitu tindakan mandiri, observasi, health education dan kolaborasi. (Doenges, Marilyn E, 1999)
  1. Evaluasi
Tahapan evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan dapat dicapai, sehingga dapat mengevaluasi efektifitas tindakan keperawatan. Perawat perlu mengetahui kriteria keberhasilan dimana kriteria ini harus dapat diukur dan diamati agar kemajuan perkembangan keperawatan kesehatan klien dapat diketahui dalam evaluasi dapat dikemukakan empat kemungkinan yang menentukan keperawatan selanjutnya yaitu masalah klien dapat dipecahkan,  masalah klien tidak dapat dipecahkan atau dapat muncul masalah baru. (Doenges, Marilyn E, 1999)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar